Minggu, 29 Maret 2020

INI CERITA LUAR BIASA

SULIT BAGI SAYA untuk merumuskan judul postingan ini karena ada dua berita sekaligus yang yang bagi saya sungguh luar biasa. yang pertama ini terkat situasi luar biasa terkait virus corona dimana kekhawatiran akan merebaknya wabah virus corona melalui penularan yang diakibatkan 0leh kontak langsung antara satu dan lain orang, apalagi ada yang batuk atau bersin pada saat itu bila mengeluarkan mengeluarkan cairan yang terkena sebelum cairan itu jatuh ke tanah, konon cairan itu adalah media bagi Si virus Coronas tadi.

Akibat kekhawatiran itu tadi maka banyak acara pernikahan yang ditunda acara walimahnya, tetapi pernikahan tetap dilanjutkan sesuai rencana,  tetapi dalam suasana prihatin, galau dan sebagainya sulit bagi kita semua menggambarkan keremukredaman yang dirasa, hanya dihadiri oleh orang tertentu saja, di bawah bayang bayang resiko yang menghantui. Acara di mata banyak orang sebagai sesuatu yang luar biasa. Bagi kedua mempelai memang pada saat ini bisa dirasakan sebagai kisah sedih, tetapi sekian lama yang akan datang justeru menjadi kebanggan, karena sejatinya hal ini melibatkan banyak orang sebagai pemain, atau setidaknya sangat terlibat dalam merasakannya, baik yang hadir maupun tidak hadir. Tetapi itu semua  akan berlalu, di tengah kebahagiaan mereka berdua, yang berhasil menyimpan sejumlah albumfoto yang akan  selalu hadiri di fikiran dan kenangan serta ingatan  mereka berdua.





Hal yang kedua bagi saya menjadi luar biasa bagi saya adalah kehadiran Pembina keluarga besar ini, karena acara ini dihadiri oleh seorang nenek yang luar biasa, nenek yang sudah lebih dari 70 tahun usianya dan beliau masih aktif memberikan arahan dan ikut memutuskan atas apa saja yang akan dilakukan oleh keluarga ini, kemampuannya merespon dan mengapresiasi segala keputusan dan kesepakatan yang diambil oleh keluarga besar binaannya itu, sangat mengagumkan hati saya sejak mula saya mengenal sosoknya, Saya mengenal beliau sekitar usia kelas 3 SLTP. beliau mengajar di sekolah kami tetapi tidak mengajar di kelas kami. Begitu kami saling mengenal, demikian hangatnya belaiu menyayangi saya sebagai adiknya. dan kehangatan itu hingga sekarang tak pernah reda. Luar biasa kehangatan itu juga diberikannya kepada isteri saya, saya sengaja menyuruh isteri saya untuk lebih dahulu berusaha menemui beliau dalam keramaian sekalipun, dari kejauhan saya menyaksikan betapa kegembiraan beliau tergambar dari kecerahan wajahnya, ketika mereka berdua bersalaman. Apalagi isteri saya memang menurut saja, ketika saya katakan bahwa saya sangat menghoprmati beliau.

Tetapi ada satu lagi hal yang luar biasa melekat pada sosok yang saya sapa Cik Ngah ini. beliau adalah HJ.Suri Mas, semula karirnya adalah sebagai Pendidik di PGAN 6 Th. Tanjungkarang, dan dalam sejarah hidupnya beliau juga sempat dipercaya sebagai Anggota Legislatif di DPRD Prof Lampung. Tetapi bukan itu yang yang ingin saya ceriterakan dalam tulisan singkat dan ringan ini. Tentang apa ?, yaitu tentang sosok Wanita yang sangat saya hormati ini.

Tradisi di desa Pekon Awi Belalau Lampung Barat ini adalah kebiasaan memilih gadis teladan sebagai Bunga Desa, Gadis myngil pengemban Bunga Desa itu adalah Cil Ngah Suri Mas. Proses   pemilihan itu berlangsung dalam tempo lama, membutuhkan waktu bertahun tahun, selama itu mata masyarakat desa menjadi tertuju kepada sejumlah pasang mata di desa itu, baik Ibu Ibu dab juga Bapak Bapak, berlangsung tampa sepengetahuan para gadfis desa. Kreteria antara lain, pintar mengaji, pintar pantun (segata), pintar menari, rajin bekerja membantu orang tua, utamanya dalam kegiatan dapur, pintar bikin kue dan pintar membuat barang barang hioasan prakarya. Ditambah lagi pandai bermain musik, pandai menulis serta berani pidatu atau berkomunikasi dengan umum.Setidaknya diwujudkan dalam tutur sapa kepada yang lebih tua.

Banyak Ibu Ibu dan bahkan Bapak Bapak merasakan sangat dihormati oleh gadis yang terpilih ini, jauh sebelum hasil pemilihan diumkan ketercapaiannya. karena penilayanpun berlangsung dalam waktu bertrahun tahun. Nampaknya untuk Gadis Bunga Desa terpilih jatuh pada HJ. Suri Mas. Sejah saat itu anak gadis terpilih ini memang sering ditampilkan diberbagai upacara adat.

Upacara adat yang lazim dilaksanakan pada saat itu adalah terkait dengan Upacara Daur hidup, Perlu kami sampaikan bahwa Gadis Desa yang paling ideal bukan saja pandai menyanyi. tetapi juga pandai menggunakan alat musik yang lazim, selain musik tabuh, juga ada musik musik tiup, tetapi yang paling dikagumi adalah kemampuan Gadis Desa Pekon Awi  memain instrumen musik arcodion.  Dalam acara perkawinan Cucu kesayangannya ini beliau berkenan tampil sebagai penghibur sebagai pemusik tunggal.

Musik arkodian pada masa keciul beliau merupakan kemampuan puncak seorang gadir, hanya  orang orang tertentu saja gadis kecil yang bisa main inatrumen Acordion, itulah pula sebabnya Cik Ngah Suri Mas pada saat Pemilihan melenggang tampa lawan, dan