Minggu, 18 Oktober 2020

KETIKA PARA POLITISI MENGUNDANG




























 

AHLI IBADAH YANG RUGI.

 

POSTINGAN yang satu ini terbilang sangat sering muncul dihadapanku, aju anggota dari beberapa Grup WA, gurup yang buat saja setidaknya ada lima, ditambah lagi yang aku ditarik sebagai anggotanya, tetapi memang aku aktif di grup yang mrmiliki kesdamaan, maka tak heran bila postingan yang mirip beredar walaupun di grup yang beda.

Perhatianku mengarah ke postingan yang satu ini mengapa sesering itu, saya khaweatir jangan jangan ini sejatinya adalah sebagai peringatan, untuk jangan terlalu mengandalkan ibadah pribadi unuk mendapatkan cinta Allah.  Karena Allah akan lebih encintai seseorang yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain, banyak memberikan kebahagiaan dan kesenangan hati orang lain dengan memanfaatkan apa yang dipunyai oleh orang yang bersangkutan. 

Saya ingin berpikir positip saja, bahwa Allahlah yang mebggerakkan orang orng untuk  untuk shere tulisan ini, walaupun umlahnya jadi berulang ulangkali, biarlah itu. Ya Allah berikanlah kekuatan bagiku untuk lebih menghidupkan dakwah entah bagaimanapun bentuknya. Ya Allah berikanlah aku kekuatan untuk mengeluarkan sbagain dari kekayaan yang akau miliki untuk ku sumbangkan untuk kepentingan pendidikan dan agama dan al-Quran, 

Ya Allah aku berlindung kpadaMu dari sifat sifat pelit dan kikir, sehingga tak peduli dengan kesulitan dan kesusahan terutama orang orang yang ada disekitar kami.  a Allah saya sadar bahwa saya memiliki ketaatan yang berada dibawah kualitar Abu Bin Hasyim, ya Allah jadikanlah aku memiliki kualitas ibadanh sama dengan Abu Bin Hasyim, dan jadikalah aku menjadi orang yang mampu berbuat sosial, melebihin Abu Bin Hsyim, karena Engkau maha kuasa dan maha kasih serta maha kaya. 

Aamiin. 

 

 

Ada seorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya.
Hampir bertahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat tahajud.

Pada suatu ketika saat hendak mengambil wudhu untuk tahajud,
Abu dikagetkan oleh keberadaan sesosok makhluk yang duduk
 di bibir sumurnya. Abu bertanya,

 “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau....????”

 Sambil tersenyum, sosok itu berkata;
 “Aku Malaikat utusan Allah”.

Abu Bin Hasyim kaget sekaligus bangga karena kedatangan tamu malaikat mulia.
Dia lalu bertanya,

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini....??????”

 Malaikat itu menjawab,
 “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah.”

Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, Abu lalu bertanya;
“Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa.....?????”

Malaikat menjawab;
“Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.”

Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati
namanya ada di situ. Maka ditanyalah Malaikat itu.

 “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ....????? ?”

Abu berasumsi bahwa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya
yang tidak kenal putusnya. Selalu mengerjakan shalat tahajud setiap malam,
Berdo’a dan bermunajat pd Allâh SWT di sepertiga malam.

 “Baiklah, aku buka,”
 kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan, ternyata Malaikat itu tidak
 menemukn nama Abu di dalamnya. Tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta
 Malaikat mencarinya sekali lagi.

“Betul … namamu tidak ada di dalam buku ini...!!!!”
Kata Malaikat.

Abu bin Hasyim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat.
 Dia menangis se-jadi-jadinya.

 “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud
   dan bermunajat … tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba
   pecinta Allah,”

ratapnya. Melihat itu, Malaikat berkata,
 “Wahai Abu bin Hasyim.....!!!! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam
   ketika yang lain tidur … mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang
   lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh menulis namamu.”

“Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya....??????”
Tanya Abu bin Hasyim.

“Engkau memang bermunajat kepada Allâh, tapi engkau pamerkan dengan rasa
 bangga kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan
 kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan.
 Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah kalau engkau
 sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh..??? ?”
 kata Malaikat itu.

Abu bin Hasyim seperti disambar petir di siang bolong. Dia tersadar
hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allâh semata (hablumminAllâh),
Tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannâs) dan alam.
Semuga manfaat,  Amiiiin...
.
 Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak ,
 kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa

Rasulullah S.A.W bersabda :
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada
(meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.
" (HR. Al-Bukhari)

DIBUANG SAYANG

 














Kamis, 15 Oktober 2020

GRUP LAMBAN LUNIK REUNIAN DI RESTORAN


PERBEDAAN SITUASI DAN KONDISI Yudi dan Ani menetapkan kita semua Reunian di Restoran, bagi saya pribadi ini pengalaman Baru. Di grup reuni yang lain memang sedapat mungkin di rumah pribadi, ada kawan kawan yang berseloroh siapa tahu ini kunjungan terakhir. Tetapi tentu saja akan banyak pertimbangan apakah itu pribadi atau nanti pada suatu saat justeri ini lebih tren, terutama apalagi untuk yang kedua, bila  pertama di rumah barangkali yang kedua di restoran. tentu nanti akan ada seleksi secara alami. 

Yang jelas alasan Ani Yudi pada saat ini yang paling kuat adalah ketiadaan tenaga di dapur. Ya. memang harus diakui bahwa  dalam acara acara seperti ini maka dipastikan tenaga yhang ada pasti tak mencukupi untuk memberikan layanan yang layak. Dipastikan membutuhkan tenaga ekstra, dan itupun tetap saja bahwa kesibukan tuiang rumah dipastikan akan memuncak. 

Dari segi arti praktis diselenggarakan di Resoran pilihan yang ideal, tetapi yang diharapkan dalam acara ini adalah reasa ke4keluargaan,