Sabtu, 10 Oktober 2020

DULU PERTAMA KE SINGAPURA


RASA RASANYA ITU JUGA YANG TERAKHIR


 SAMA SEKALI TIDAK SENGAJA saya pergi ke Singapura, bermula ketika  dulu diajak Nila ke Batam., lengkapnya Prof. Nilawati Tasmi. Dia sahabat lamaku, Ada waktu gak ada waktu kita ke Batam  Fachruddin, ada apa rupanya .... tanyaku. Undangan pertemuan dan Seminar oleh KB PII di Batam, Kebetulan Pembimbingku lagi ada di sana ... , kata Nila jadi aku sekalian mau konsul. Ongkos ongkos gimana kataku ...? Domperku lagi cekak ... ! Kataku tampa malu malu ... Nila adalah sahabat lama saya. Kalo ketemu orangnya .... beres, tapi kalo gak ketemu, kita harus usaha dulu. Singkat cerita aku jalankan mobil bututku ke suatu arah ... maju saja ... kata nila ,,,, ya, belok kiri masuk, hanya beberapa puluh meter dari kantorku. Tokoh yqng dituju bernama Rahman Harun. Kamu diam saja kata Nila, biar saya yang ngomong. Apa kabar Bang ...? Baik jawab saya.  Dipertemuan ... justeru Bapak Rahman Harun yang banyak bicara, berkali kali saya jadi bahan olok olok Rahman Harun, karena mobil saya tidak pake AC, beberapa

kali saya dilihat beliau mengantar tamu maka di restoran. Tamu Abang itu pejabat ... katanya, jangan disiksa seperti itu .... hehehe.  Diakhir pembicaraan, Nila yang bicara .... kami berdua mau ke Batam .... seminar, tapi ... gak ada ongkos ... kata Nila singkat. 

Brdua sama Abang kita ini .... tanya  Bpk. Rahman Harun, iya ...kata Nila singkat. Rahman harun menuju meja kerjanya .... tak begitu lama beliau mendekati kami dan menyerahkan amplop warna kaki ke coklat coklatan. Ini cukup ongkos dan makan alakadarnya .... kalau kurang minta tambah sama Bang Fachruddin, saya tau uabfbya banyak. Ayuk aja yang pegang uang .... jangan kasih sama Bang Fachruddin. Saya tertawa tersipu sipu. Sepulang dari Kantor itu Nila berbisik ... Kita doakan ... semoga suatu saat Rahman naik jadi Kakanwil kata Nila ... Aamiin kata saha. Jadilah kami berangkat, beberapa hari kemudian.

Kami sampai di Batam rupanya pas pada malam harinya adalah sesi terakhir dari Seminar itu, dan Pembimbing yang dicari Nila nampak ada hadir di pertemuan itu alhamdulillah, pada malam itu kami sibuk sendiri sendiri, saya sempat menjumpai bebertapa orang mantan Pengurus PB pada saat saya aktip, ada beberapa diantaranya masih mengenali saya.  Dan Nila juga sibuk dengan urusannya sendiri, apalagi beliau memang ada dalam Struktur Kepengurusan PB PII. Pada saat makan pagi saya jumpa Nila di ruang makan, kami sarapan bersama. dan kebetulan yang makan bersamaan nampaknya mereka akan buru buru keluar dengan berbagai acara masing masing, Panitia memberikan fasilitas minap semalam lagi. dan Nampaknya Nila sudah memesan tiket kami baru pulang besok. 

Pagi pagi saya sudah tegak tegak di loby hotel (Wisma Haji Batam). Datang satu persatu dan akhir ramai juga yang berniat akan ke Singapura. Ternyata karena ramai kami bisa terdiri dari beberapa Grup, dan saya memilih Grup yang dirdiri pasangan suami, beberapa dari kami tidak bersama suami isteri, tetapi kami umumnya saling mengenal. Setidaknya kami sama sama mengenal yang kami daulat sebagai Pimpinan rombongan, beliau sudah sangat sering ke Singapoura, tetapi isterinya baru kali ini. Dan ternyata selain yang kami daulat sebagai pimpinan rombongan termasuk juga saya adalah baru pertama ke Singapura. Walaupun ada beberapa diantara kami nampak cukup fasih berbahasa Inggris. 

MASALAH BAHASA, menjadi perhatianku yang pertama, di pelabuhan ketika kami mendarat ditanya do you spech Englis ?. Saya jawan No. Sya lalu mendapatkan pelayanan dengan bahasa Indonesia. Di belakang saya juga mendapat pertanyaan yang sama, ketika orang itu menjawan No. si petugas geleng geleng kepala, tetapi lalu melayaninya dengan bahasa Indonesia. Ini juga terjadi ketika saya mendampingi teman serombongan membeli kamera dan ada satu lagi membeli arloji, mereka saling tawar menawad dengan menggunakan sebuah kalkulator, tetapi ternyata tawar menawar lancar terlaksana hingga disepakati harga yang duirasa ideeal oleh kedua pihak.  Tetapi mendadak saya sangat kecewa  ternyata pelayan toko yang keturunan China itu fasih berbahasa Indonesia dan pernah bekerja di Surabaya ada tiga tahun lamanya. Sambong, kata saya memaki maki. Memang begitu masuk dan bertanga seorang wanita berkata speak English please .... !

SAYA BERTERIMAKASIH ketika kami akan makan kami jelaskan bahwa kami menganut Islam dan tak boleh makan daging babi, minyak babi dan makanan yang mengandung babi lainnya, tetapi kami akan makan siang. Ternyata setelah kami mendatangi beberapa restoran kami ditolak, mereka mengatakan semua masakan yang disediakan mengandung babi, dan bekas bepalatan digunakan juga untuk memasak babi. Setelah empat kali ditolak, kami meminta saran kepada pelayan restoran, lalu kami disarankan untuk makan nasi goreng cara Indonesia, tak diberi apa apa kecuali bawang merah, bawang putih, garam dan cabai, disiram kecap. Kami makan seadanya, kami kecewa tetapi kami berterima kasih.  Pada saat itu kami berada di komplek sekitar Chinas Town. 

UNTUK SHOLAT Zuhur plus dijama' taqdim, kami serasa keluar masuk gang gang sempit untuki mendapatkan Masjid, masjid itu nampak kecildan sederhana, walaupun di dalam ternyata luas juga, tetapi didepan terkesan sangat sempy. Nampaknya di SDingapur tidak gampang untuk membangun Masjid yang keliatah mewah dan megah, setidaknya di sekitar komplek itu. Saya bertanya kepada seorang pekerja di Masjid itu beliau mengatakan bila hari jum'at jamahnya membeludak. Saya mencoba  agak berkeliling di masjid itu, saya memukan Pengumuman serta petunjuk petunjuk lainnya, serta jadual dan daftar nama Khatib dan jadwal pengajian rutin. Alhamdulillah. 

CARI ORANG MELAYU,  secara diam diam saya mencoba mencari cari orang Melayu  yang bisa berkomunikasi tentang apa saja, bila itu terjalin, maka sedikit banyaknya saya berkeyakinan akan  memiliki sedikit data, betapa susahnya untuk berkomunikasi derngan Bahasa Melayu di Singap[uira, padehal itu Negara adalah termasuk rumpun Melayu. Kata kata Speak English Pleasae. Ketika kami masuk ke sebuah toko untuk mengantar seorang anggota kami untuk mencari kamera dan seorang lagi mencari arloji. 

Nampaknya ucapan wanita di Toko itu secara diam diam justeru memupus keinginan saya untuk jumpa banyak dan bebas bicara dengan etnis etnis melayu sebagai Bangsa Serupun, yaitu melayu. Sebagai sesma Bangsa Serumpun Melayu tentu saja kita ingin banyak bicara saling tukar pengalaman dengan Saudara serumpun tadi. Dengan  ungkapan Speak English Please.. SAetidaknya itu yang saya dapatkan dari kunjungan saya ke Singapura. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar