Kamis, 29 Juni 2023

UYUNG DURAHMAN BERTAYA KEPADA SAYA BANG .. KAMU SAKIT APA ... ?

'                                                 


NAMA UYUNG DURAHMAN bisa jadi agak asing didengar oleh keluarga besar kami karena kami tak lazim menyebutya seperti itu, tetapi sesungguhnya itu benar namanya Uyung anak Pak Ngah Abdurrahman nama ayah beliau itu dalam dialeg bahasa sehari hari memang Dearahman tetapi uyung sendiri tak lazim menyebut nama orang tua nya dalam tulis  menulis sehingga menjadi tidak populer di lingkungan kami tetapi bila saya menulis nama lengkap yang eharusnya memang namanya Uyung Durahman, semoga kesimpuln saya ini tak terlalu salah. 

Pertemuan saya dengan Uyung Durahman itu terjadi sekitar dua bulan sebelumnya di rumh kediaman Kanda Syafruddin Dani Kakak Kanding Saya dan Uyung Durahman adalah kerabat dekat kami, kedekatan kami bisa menggunakan berbagai Jalurus, bahwa beliau adalah benar benar kerabat dekat. 

Kamu Sakit Apa  ... tanya Uyung Duraman tiba tiba kepada saya, walau ini pertanyaan ini rada kurang lazim, karena biasanya orang yang jarang berjumpa itu kalimat pembukanya adalah Apa Kabar?.  Tetapi saya maklum karena bila ditilik dari segi perwajahan, antara saya dengan Kanda Syafruddinitu boleh dibilang seperti Saudara Kembar layaknya, dan bagi orang lain akan terkesan saya adalah Kakak beliau. 


Kenyataan ini nampaknya yang tak mudah diterima Adinda Uyung Durahman, Uyung adalah Adik Dari Alm Bus Durahman dan juga Adik dari adinda Lekok Durahman. Tetapi dibanding Saya, maka Ketiga Saudara dekat adik beradik ini maka ketiganya jauh lebih banyak Berkomunikasi dngan Kanda Syafruddin  di Banding Saya tanya Uyung Durahman kepada saya, dan tak nyana itu adlah pertanyaan yang sangat penting bagi saya, yang baru saya saya sadari setelah melampawi beberapa pristiwa bermakna. 

Berapa tahun selisih usia kalian berdua tanya Uyung Derahman, sekitar empat tahunanlah. Lihat ... Kata Uyung Dia keliatan lebih muda. Betul ... kata saya dia sekarang ke mana mana masih nyupir sendiri saja, kecuali jalan jauh .... Wajah Uyung nampak berbinar karena hipotesanya saya benarkan adanya. Saya menambahkan cerita kepada Uyung, Abang kita ini sejak muda, jarang sekali sakit .... Dan sejak muda orangnya jarang  duduk berlama lama .... Dia selalu mencari cari Apa yang harus dia lakukan. Gagasan banyak yang terkesan spontan. 

Pada suatu hari mungkin pada saat itu beliau Sudah duduk di Kelas 5 atau 6 SD. Beliau pulang menjelang Sore ... saya Ingat pada saat itu tanggal 16 Agustus. Mungkin beliau merasa risih melihat pagar Rumah Kami nampak di matanya kurang rapih, spontan Dia mengambil Golok dan memangkas meratakan ketinggian pohon Kemeliki yang menjadi ciri Pagar Depan Rumah kami yang bergerak meninggi ecara berpariasi sehingga menuruit beliau harus di rapihkan hingga namlak indah dan merata. Sangat terpaksa kami berdua harus bekerja bakti disaat saat menjelang magrib, sehingga kami berdua mandi sangat terburu buru. 

Banyak sekali peralatan peralatan dan alat alat bermain adalah miliknya dan merupakan hasil karyanya. Ada hal yang saya tak lupa, ketika beliau sudah duduk di Bangku SLTP secara melaju dengan bermodalkan sebuah Sepeda setiap hari sekolah ditempuh dengan cara melaju. Ada sesuatu yang saya tak pernah diajak berubding, beliau membeli Kacang Asin Pringsewu, jika dijumlahkan Kacang itu sebanyak Dua Kaleng. Tak saya sangka beliau mempersiapkan dua Kaleng, lalu melengkapinya dengan tali sehingga Kaleng itu bisa dibawa dengan cara menggantungnya di leher. Ini... katanya... saya satu kamu bawa satu .... Kita jual Kacang Asuin Oeringsewu ini di Pasar ... Kalo ada mobil bus berhenti menurunkan Penungmpang di Pasar kita harus lariu mendekat .... Sebetulnya hati saya menolak, tetapoi daripada Beliau kecewa maka Perimnthnya harus saya patuhi saja. 

Sejak di rumh beliau membagikan Kedua kaeng itu untuk kami masing masing sebuah ... beliau yang mengajarkan bagaima cara mengusung kaleng itu digantung di leher, posisi didepan sehingga mudah dalam membuka dan menutup dagangan. Kacang ...  Asiiinn ... Kasang ... Aasiiin .... beliau mencontohkan, dalam hitungan detik saya paham.  Berangkatlah kami berdua menuju pasar Pagelran, kamipun berdagang, beda dengn saya ... beliau tak ada rasa malu malu dan tak nampak canggung ... beliau enjoi sekali.  Sangat wajar bila dal;am usia beliau sudah mencapai Usia 74 tahun dan saya baru menjelang 70 tahun, tetapi beliau masih nampak lebih lincah. Sehingga Adinda Uyung Dearhman bertanya kepada saya Kamu ini Sakit Apa ....  Bukn Apa Kabar. 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar