Minggu, 02 Juli 2023

SEBUAH RENUNGAN DARI KEPERGIAN NGAH ITUN MAZIATUK KADIR


 LAMA SAYA DUDUK di ruang Loby Rumah Sakit Medika menungguyi selesainya Isteri saya yang seolah memberikan kode bahwa Dia ingin sekali untuk  ngobrol dengan Ayunda Kami Maziatun yang saat itu beristirahat  di ruang rawat inap di rumah sakit yang sepertinya baru berdiri itu. Jika kami tidak salah simak diceritkan oleh kedua Purti beliau yaitu Heni dan Echa yang mendampingi beliau pada saat itu, dikatakan bahwa pihak runah sakit mempersilakan jika yang bersangkutan dan keluarga meminta beliau akan dirawat dirumah bersama keluarga. Sehingga direncanakan bila keadaan Ngah Itun mengalami kemajuan maka, akan disepakati untuk pulang ke rumah dan dirawat bersama keluarga saja. 

Saya duduk dibalik pintu depan Rumah sakit yabf tenbus pandang karena pintu sepenuhnya terbuat dari kaca, sehingga saya bisa memandang keluar secara menrawang, beberapa kendaraan nampak parkir di luar, di belakang kendaraan kendaraan yang berbaris itu berbagai panorama indah yang bisa saya manfaatkan. 

Hanya beberapa saat saya duduk dengan suasana yang sangat tenag seoerti itu membuat ingatan saya mampu menerawang ketika  dahulu pada tahun 1968  adalah saat saya melanjutkan ke Bangku SLTP, pada saat itu Ngah Itun sudah duduk di kelas dua. Saya langsung teringat pada saat saya sudah duduk di kelas empat SD saya pernah berdialog dengan Mak Ngah Diauriyah yang tak lain Oramg Tua atau Ibunda dari Ngah Maziatun. 

Mak Ngah bertanya, kamu sekarang kelas berapa ... tanya beliau kepada Saya, kelas empat Mak Ngah ... kata saya, Mak Ngah melanjutkan ujarannya ... rajin rajin lah belajar ... nanti tammat SD ... kami melanjutkan  ke SMP di Tanjungkarang. Pernyataan dan anjuran yang satu ini sngat mempengaruhi saya dalam keseriusan belajar

Isteri saya nampak ambil posisi berdekatan dengan yang sakit, saya melihat tangannya dimasukkan ke dalam selimut dan meraba kedua ujung kaki si sakit sambil mulutnya komaykamit eperti menyampaikan sesuatu kepada si sakit. Saya berdiri dari tempat duduk yang disediakan untuk saya agar korsi itu bisa dimanfaatkan untuk bisa berkomunikasi derngan si sakit, dengan suara selirih mungkin saya pamit ... saya duduk di luar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar