Senin, 04 Juli 2022

KAMI BERTIGA PALING BERSAHAJA


SAMA SEKALI tidak ada niat saya untuk membeda bedakan satu kawan dengan kawan yang lain,  judul ini hanya dikarenakan keterbatasan informasi yang mampu saya sampaikan, melainkan hanya disekitar kami bertiga, itu setidaknya terjadi pada saat kami duduk dibangku kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD) Pagelaran, tetapi pada saat itu Plang didepan sekolah kami tertulis secara buram karena keseringan terpercik air hujan tulisan itu tampil secara malu malu dituliskan Sekolah Rakyat. Yah lupakan saja itu semua karena saya hanya ingin cerita sebagai rasa perhabatan diantara kami bertiga yaitu saya Fachruddin, Wartoyo dan Sutadi, saya mulai dari siapa diantara kami bertiga  yang paling ganteng, maka saya akan katakan bahwa yang paling ganteng adalah Wartoyo, beliau tahun lalu telah

telah meninggal dunia, Innalillahi Wainna Ilaihi roojiuun. Lalu  siapa diantara kami bertiga yang paling pintar tak malu saya akan katakan bahwa diantara kami beriga maka yang paling pintar adalah Sutadi, jika Wartoyo dalam sehari harinya selalu saja tampak memakai baju bersih dan wajah serta fisik wartoyo yang nampak sangat terjaga kebersihannya. 

Mengapa Sutadi saya angkat sebagai seorang teman yang paling pintar adalah karena Sutadi terkesan tak mematok prestasi tertentu Dia hanya ingin mengalir saja, silahkan pihak yang ingin menilai nanti setelah segala sesuatunya usai, baik dalam artian sementara atau benar benar final. dalam istilah sehari hari sahabat sutasi tak pernah mengejar nama, sehingga akibatnya pada saat itu dia mampu mencapai prestasi di atas rata rata, dan memposisikan dirinya di deretan teratas. Lalu apa alasan saya menulis demikian. 

Pada era saya untuk ditarik sebagai anggota Tim Kesebelasan SDN 1 Pagelaran, pada saat itu tim ini rada kritis dengan lulusnya beberapa orang yang sebelumnya menjadi andalan dan memang kenyataannya SDN 1 Pagelaran pada saat itu berhasil memenangi berbagai pertandingan. Tentu saja dengan lulusnya beberapa bintang yang kami miliki pada saat itu maka tentu prestasi yang diraih oleh para senior kami tentu terancam akan gagal kami pertahakan. 


Pada saat itu anggota Tim yang paling senior dan memiliki keterampilan di atas rata rata kawan yang saya maksud adalah Bang Nabhan, beliau pensiunan Pertamina di Prabumulih, Bang Nabhan pada masa  masa pensiunan ini ketika saya hubungi kadang ada di Solo mendampingi Ayuknya  Kak Amnah yang pada saat ini sering sakit sakitan, kadang ketika saya hubungi beliau ada di Palembang  ditempat Anaknya, kadang sering juga  beliau ada di Prabumulih (Insya Allah saya masih menyimpan no kontak Bang Nabhan) beliau pernah saya masukkan ke Grup WA  Alumni  SDN 1 Pagelaran, tetapi sayangnya sekarang sudah keluar. Cerita tentang Bang Nabhan erat kaitannya dengan saya dan Mas Sutadi  terkait permainan sepak bola, yang saja jadikan dasar pemikiran. 


Entah atas pertimbangan apa Bang Nabhan memilih saya menjadi Kiper andalan di Tim kami pada era itu, mengingat badan saya kecil dan terbilang tidak jangkung, memasang saya sebagai penjaga gawang sangat mengundang resiko. Tapi saya terima saja dengan senang hati. Semula saya dilatih untuk menangkap bola yang beliau lempar dengan kedua tangannya, lalu naik lagi saya harus menangkap bola yang ditendang secara halus, lalu saya diharuskan menangkap bola yang ditendang secara keras. Lalu saya harus menangkap tendangan keras yang melenceng ke kiri ataupun kanan. Ada pula saya diharuskan menangkap bola dalam posisi duduk bersila. 

Saya dibebani tuga mengejar dan menangkap bola dalam posisi sulit. Beliau bertanya kepada saya bola ke mana yang kamu sulit tangkap, saya jawab ke arah kiri Bang kata saya, lalu beliau mengajarkan kaki mana yang harus saya jadikan anddalan untuk memperkuat kuda kuda, kaki yang diperkuat itulah yang menjadi andalan untuk menghentak badan dalam mengejar bola sulit itu. 


Pelajaran yang sulit saya lupakan adalah perintah Bang Nabhan kepada saya ... katanya..., nanti kalo saya sudah muali dicurigai musuh dan mereka berusaha mendekati saya, maka arahkanlah bola ke Sutadi, demikian perintah senior yang satu ini. Dalam kekurang pahaman saya perintah itu saya patuhi saja, heran ... setiap kali Mas Sutadi saya beri bola, bila tersebut dibawanya menepim sehingga musuh ikut lari menepi, setelah beberapa musuh mencoba merebut bola dari Sutadi ... ternyata Sutadi buru buru mengoper bola ke Nabhan yang pada saat itu dalam posisi aman, dan relati beliau hanya berhadapan dengan penjaga gawang lawan ... goaal .... Saya berikan jempul ke Mas sudadi sambil mengangguk angguk kepala, pertanda paham. Pada saat itulah saya mulai menilai Sutadi yang berperawakan kecil dan relatip pendek ini sejatinya sangat cerdas. Dan saya tetap menggap cerdas walaupun sejak tahun 1078 rasanya saya belum pernah berjumpa. Tetapi karena rumahnya berada di dekat Besan Kakan saya Ganong, saya berhasil mendapatkan No kontak Sutradi lewat Adiknya Mas Ganong yang bernama Markun. 

Sahabat saya yang satu ini dari kecil tak pernah menonjolkan diri volume suara hanya biasa biasa saja, belum pernah saya dengar beliau bicara ngegas, baik karena marah ataupun gembira. Pada saat sekolah dahulu kawan kawan saya terdiri dari kelompok kelompok, Ada yang senang bermain, ada kelompok yang senang jajan, ada kelompok asal kelahiran  dll , tetapi umunya kami akan jumpa di di lapangan sepak bola, kecuali hanya beberapa . Ada kelompok yang paling bersahaja kelompok kami hanya tiga orang, yaitu Wartoyo (alm), Sutadi dan saya Fachruddin, kelompok yang paling bersahaja. Tetapi saya banyak kenang kenangan dengan kawan kawan dan saya sering bergabung dengan kelompok lain, salam untuk semua.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar